Membantu masalah yang anda hadapi Karena Pintar belum tentu Cerdas, tetapi Cerdas sudah pasti Pintar
Jumat, 31 Maret 2017
Makalah taat dan patuh kepada orang tua dan guru
KELOMPOK 2
KELAS : X IPA 5
ANGGOTA : SAIFUL AKBAR
SYIFA NURANI
ERNA FITRI HARYANI
FRISCHA VIRGINANDA AGUSTIN
JULIA SINTA DEWI
RINI CAHYANI
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia yang paling berjasa terhadap seseorang adalah kedua orang tua. Melalui keduanya Allah mentakdirkan keberadaannya. Ibunya yang telah mengandungnya selama sembilan bulan dengan penuh susah payah. Ibunya yang telah menyusuinya selama masa yang telah dikehendaki oleh Allah. Ibunya yang mengasuhnya, merawatnya dan menyayanginya semasa kecilnya. Demikian juga ayahnya yang membanting tulang untuk memenuhi segenap kebutuhannya, dan mendidiknya hingga dewasa. Ayahnya yang melindunginya dari berbagai marabahaya.Guru merupakan orang yang bejasa terhadap sang murid atau dengan kata lain guru merupakan orang yang mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada murid diluar bimbingan orang tua dirumah, sehingga akhlakul karimah terhadap guru perlu di terapkan sebagaimana akhlak kita terhadap kedua orang tua.
B.Rumusan Masalah
A.Memahami Ayat dan Hadits tentang Hormat dan Patuh Kepada Orang Tua dan Guru ?
B.Sikap Hormat dan Patuh Terhadap Orang Tua ?
C.Sikap Hormat dan Patuh Terhadap Guru ?
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN……………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. 2
PEMBAHASAN …………………………………………………………………….. 3
MEMAHAMI AYAT DAN HADIS TENTANG HORMAT KEPADA ORANG TUA DAN GURU………………………………………………………. 1
2.SIKAP HORMAT DAN PATUH KEPADA ORANG TUA.......2
3.SIKAP HORMAT DAN PATUH KEPADA GURU..........................3
4.MENUNJUKKAN CONTOH PERILAKU YANG MENCERMINKAN HOMAT DAN PATUH.............4
REVERENSI………………………………………………………………………….5
PEMBAHASAN
A.Memahami Ayat dan Hadits tentang Hormat dan Patuh Kepada Orang Tua dan Guru
Kedua orang tua dan guru masing-masing mempunyai kedudukan yang terhormat, sehingga Rasulullah saw bersabda :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ أَنْبَأَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ مِثْلُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ أُعَلِّمُكُمْ إِذَا أَتَيْتُمْ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا وَأَمَرَ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ وَنَهَى عَنْ الرَّوْثِ وَالرِّمَّةِ وَنَهَى أَنْ يَسْتَطِيبَ الرَّجُلُ بِيَمِينِهِ. (رواه ابن ماجه : 309 - سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة -بَاب الِاسْتِنْجَاءِ بِالْحِجَارَةِ وَالنَّهْيِ عَنْ الرَّوْثِ وَالرِّمَّةِ – الجزء : 1 - صفحة : 374
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : KEDUDUKANKU BAGI KALIAN SEPERTI SEORANG AYAH BAGI ANAKNYA, AKU AKAN MENGAJARI KALIAN, jika kalian ingin buang hajat, maka janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya. Beliau memerintahkan agar beristinja’ dengan tiga buah batu dan melarang menggunakan kotoran hewan dan tulang. Dan beliau juga melarang seseorang cebok dengan tangan kanannya. (HR.Ibnu Majah : 309, sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy=Syamilah, bab istinja bilhajar wannahyu ‘anir rauts warrammati juz : 1, hal. 374)
Dalam memahami hadits di atas, Imam Al-Ghzali memberikan komentar dalam kitab Al-Ihya Ulumuddin sebagai berikut :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " إنما أنا لكم مثل الوالد لولده " بأن يقصد إنقاذهم من نار الآخرة وهو أهم من إنقاذ الوالدين ولدهما من نار الدنيا: ولذلك صار حق المعلم أعظم من حق الوالدين فإن الوالد سبب الوجود الحاضر والحياة الفانية والمعلم سبب الحياة الباقية.(الإحياء علوم الدين)
Rasulullah saw bersabda : “KEDUDUKANKU BAGI KALIAN SEPERTI SEORANG AYAH BAGI ANAKNYA”. Maksudnya : Beliau saw sebagai guru adalah menyelamatkan manusia dari penderitaan jangka panjang yang abadi nanti di akhirat. Dan ia lebih penting dari pada tugas kedua orang tua yang menyelamatkan anaknya dari penderitaan di dunia belaka. Oleh karena itu, hak seorang guru lebih besar daripada hak kedua orang tua, karena orang tua sebagai sebab hadirnya seorang anak dalam kehidupan yang fana di dunia ini, sementara guru menjadi sebab untuk meraih kebahagian dalam kehidupan jangka panjang yang abadi di akhirat nanti. (Al-Ihya Ulumuddin(
Memahami komentar imam Al-Ghazali di atas, pantaslah bila kita menghormati guru, dan salah satu cara menghormatinya adalah “MENGAMALKAN ILMUNYA”.
Namun demikian, suatu ketika orang tua dapat berperan ganda, yaitu sebagai orang tua dan juga sekaligus sebagai guru. Begitu seorang anak lahir, orang tua yang pertama kali mengumandangkan kalimat tauhid dan takbir di telinga kanan dan kiri sang anak. Begitu mau makan/minum orang tua pula yang pertama kali mengajari berdoa, sehingga pantaslah apabila sangat banyak dalil Al-Qur’an maupun hadits yang memerintahkan untuk berbakti serta taat kepada kedua orang tua, antara lain sebagai berikut :
‘’Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan HENDAKLAH KAMU BERBUAT BAIK PADA IBU BAPAKMU DENGAN SEBAIK-BAIKNYA. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. (QS.Al-Isra’ : 23)
Dalam ayat tersebut, bagitu pentingnya berbakti kepada kedua orang tua, maka perintah berbakti kepadanya, langsung diabadikan dalam urutan sesudah perintah beribadah kepada Allah. Anak wajib berbakti kepada kedua orang tua, sewaktu orang tua masih hidup ataupun sudah wafat. Sewaktu orang tua masih hidup, berbakti kepadanya, antara lain dengan sikap dan tutur kata yang menyejukkan, santun dan terhormat. Ketika mereka telah wafat, cara berbakti kepadanya, antara lain sebagai berikut :
‘’Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(QS.Al-Isra’ : 24)
B.Sikap Hormat dan Patuh Terhadap Orang Tua
Manusia yang paling berjasa terhadap seseorang adalah kedua orang tua. Melalui keduanya Allah mentakdirkan keberadaannya. Ibunya yang telah mengandungnya selama sembilan bulan dengan penuh susah payah. Ibunya yang telah menyusuinya selama masa yang telah dikehendaki oleh Allah. Ibunya yang mengasuhnya, merawatnya dan menyayanginya semasa kecilnya. Demikian juga ayahnya yang membanting tulang untuk memenuhi segenap kebutuhannya, dan mendidiknya hingga dewasa. Ayahnya yang melindunginya dari berbagai marabahaya. Berbagai jasa orang tua diberikan kepada anak sejak di dalam kandungan hingga ia lahir, dan berkembang menjadi dewasa. Semua itu diberikan oleh orang tua tanpa mengharapkan balasan apa-apa dari si anak. Bahkan ketika dewasa pun orang tua tidak serta merta melepasnya, tetapi tetap membantu menyelesaikan segala persoalan hidupnya. Banyaknya jasa orang tua itulah maka Islam menempatkan sikap hormat kepada orang tua sebagai kedudukan kedua setelah Allah. Banyak ayat dan hadis yang menjelaskan bahwa hormat dan berbakti kepada orang tua memiliki kedudukan yang tinggi.
Taat dan Patuh pada Orang Tua hanya Sebatas dalam Hal yang Baik. Hal ini dikarenakan tidak ada ketaatan didalam kemaksiatan. Artinya seorang anak tidak boleh mentaati kedua orang tuanya sehingga meninggalkan perkara-perkara yang sifatnya kewjiban kepada Allah atau untuk bermaksiat kepada Allah Subhanuhu wa Ta’ala. Tetapi hal ini tidak menjadi alasan untuk tidak berbuat baik kepada orang tua.Sebagaiman firman Allah dalam surat luqman ayat yang ke 15, yang artinya:“kalau kedua orang tuamu memaksa untuk menyekutukan Aku, dimana engkau tidak memiliki ilmu tentangnya, janganlah engkau taat kepadanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik”.
Perbuatan terbaik yang bisa dilakukan oleh seorang anak kepada orang tua adalah :
1)Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik.
2)Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut.
3)Tawadhu(rendah hati).
4)Memberi infak atau sedekah kepada kedua orang tua.
5)Mendoakan kedua orang tua.
6)Mentaatinya dalam hal hal yang tidak bertentangan dengan syariat Allah.
7)Mendengarkan nasihatnya
Beberapa perbuatan-perbuatan yang termasuk menyakiti Ibu dan Ayah antara lain :
1)Menimbulkan ganguan kepada orang tua, baik berupa perkataan ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih atau sakit hati.
2)Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
3)Membentak atau menghardik orang tua.
4)Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain daripada mengurus orang tuanya,padahal orang tuanya sangat membutuhkan.
5)Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tsua, mengatakan bodoh, “kolot”, dan lain-lain
6)Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Perkataan tersebut tidak pantas bagi orang tua terutama jika mereka sudah sudah tua dan lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidaklah mengapa dan karena itu seorang anak harus berteima kasih dan membantu orang tua.
7)Menyebut kejelekan orang tua dihadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
8)Malu mengakui kedua orang tuanya.
9)Membuat orang tua susah atau mencaci maki keduanya.
C.Sikap Hormat dan Patuh Terhadap Guru
Bagi seorang murid yang ingin mendapatkan ilmu dan ilmunya berguna suatu saat nanti maka murid harus menghormati guru serta taat kepadanya. Menghormati guru merupakan hal yang paling penting diantara kewajiban lainnya, bahkan dapat dikatakan antara hormat dan taat manakah yang di dahulukan, maka menghormati guru harus di utamakan. Dengan kata lain menghotmati guru lebih penting dari pada mentaatinya.
Diantara cara menghormati guru adalah:
a. Tidak memulai berbicara dengannya kecuali dengan izinnya
Jangan membuka pembicaraan terhadap guru. Sehingga guru tersebut yang mengajaknya berbicara atau mengizinkannya. Berbicaralah yang sopan dan rendah hati. Tidak boleh dengan suara keras apalagi berteriak. Jangan terlalu dekat atau terlalu jauh. Jangan membicarakan sesuatu yang kurang disenangi oleh guru, membuat tersinggung atau marah.
b. Tidak berjalan di depannya
Seorang murid harus meminta ijin terlebih dulu untuk lewat didepan guru, menundukkan badannya untuk menunjukkan sikap tawadlu’ terhadapnya. Atau berhentilah menunggu hingga ada jalan untuk lewat.
Sebaliknya jika guru sedang lewat seorang murid harus berdiri untuk memberi penghormatan, menunjukkansikap tawadlu’, bersikap tenang, tidak boleh menyapa, memanggil dan berbicara kecuali ucapan salam.
c. Membersihkan Tempat Duduk Dan Mejanya
Meja guru harus selalu bersih dari segala kotoran atau debu, baik ketika guru sedang hadir ataupun tidak. Posisi tempatnya harus tertata rapi
d. Tidak menempati tempatnya
Seorang murid harus tahu tempat-tempat yang biasa ditempati guru. Jangan menempati tempat duduknya, duduk diatas kendaraannya atau memasuki ruangannya, jangan pula tiba-tiba duduk di sampingnya. berdiri atau lewat didepannya.
e. Tidak banyak bicara bersamanya
Berbicaralah yang penting saja jangan terlalu lama. Jangan berbicara tentang sesuatu yang tidak disenangi guru, menyinggung, menghina atau membuat marah
f. Tidak bertanya sesuatu tanpa izinnya
Jangan bertanya sebelum guru memberi kesempatan atau mempersilahkannya. Bertanya harus dalam keadaan tenang, jangan menanyakan sesuatu yang menyinggung atau membuat marah guru. Jangan pula bertanya sesuatu yang bukan ilmu. Atau bertanya dengan tujuan yang tidak baik.
g. Mentaati perintahnya
Jika diperintah guru harus segera melaksanakan tanpa harus menunda-nunda atau berpikir untuk menyusun alasan. Demikian juga ketika dipanggil harus segera memenuhi panggilannya tidak boleh “menoleh” kanan kiri lebih dahulu, bertanya-tanyaatau berpura-pura tidak tahu
h. Menghormati segala sesuatu yang berhubungan dengan guru.
Seperti keluarganya, anak, istrinya dan barang-barangnya. Seorang murid harus menghormati anaknya sebagaimana menghormati guru walaupun anaknya masih kecil. Jangan pula menyentuh, bermain dengan barang-barang miliknya apalagi mengambil tanpa izinnya.
i. Tidak mengetuk pintu, tetapi harus bersabar hingga keluar dengan sendirinya
Seorang murid tidak boleh bertamu pada waktu istirahat atau tidur. Artinya ketika bertamu murid harus mencari waktu yang tidak mengganggu guru. Danharus mengucap salam. Jika sampai tiga kali salam tersebut tidak terjawab, maka dia harus kembali. Dan tidak boleh mengetuk pintunya sehingga guru tersebut keluar dengan sendirinya.
D. Menunjukkan contoh perilaku yang mencerminkan hormat dan patuh kepada orang tua
1.Pengertian Birrul Walidain
Istilah Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Jadi, Birrul Walidain adalah berbuat kebajikan terhadap kedua orang tua.
2. Kedudukan Birrul Walidain
Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.
3. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain
Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:
Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua dalam nasihat, dan perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita tetap menjalin hubungan dengan baik.
Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.
Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirta.
Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan cara antara lain:
–Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya
–Melunasi semua hutang-hutangnya
–Melaksanakan wasiatnya
–Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
–Memuliakan sahabat-sahabatnya
–Mendoakannya.
4.Doa Anak untuk Orang Tua
Seorang anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil contoh dari ayat suci Alquran yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan permohonan kepada Allah Swt agar dapat lah kiranya Allah memberi ampunan pada kedua orang tuanya dari dosa-dosa yang telah mereka perbuat.
Doa Nabi Ibrahim as dalam Q.S.Ibrahim:41
Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.
Permohonan Nabi Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa’: 24
dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
5. ‘Uququl Walidain
‘Uququl Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar yang dibenci oleh Allah Swt, sehingga adzabnya disegerakan oleh Allah di dunia ini. Hal ini mengingat betapa istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa diganti dengan apapun.
Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan bertingkat-tingkat, mulai dari mendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan “ah” ( uffin, berkata kasar, menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-macam tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan menyakitkan hati orang tua.) di dalam Q.S. A-Israa:23 di ungkapkan oleh Allah dua contoh pendurhakaan kepada orang tua yaitu, mengucapkan kata “uffin” dan menghardik ( lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah berusia lanjut)
KESIMPULAN
Berbakti kepada orang tua merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang anak, sebagai seorang anak kita tidak boleh menyakiti hatinya apalagi menyia-nyiakannya karena orang tualah yang paling berjasa daam hidup kita, mereka yang merawat kita dari kita kecil sampai besar. Sewaktu kita kecil sampai dewasa pun kasih sayangnya tidak berkurang sedikit pun. Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada orang tua kita dan jangan pernah membuat orang tua kita menangis karena kecewa, turutilah apa yang diperintahkan oleh keduanya jika tidak menyimpang dari syariat Allah swt. karena perintah berbakti kepada orang tua merupakan perintah langsung dari tuhan setelah perintah bertakwa kepada Allah swt.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA STATISTIKA (Part1)
s MATEMATIKA (Post 1) Contoh Soal Statistika dalam bentuk tabel 1. Data berat ba...
-
KELOMPOK 2 KELAS : X IPA 5 ANGGOTA : SAIFUL AKBAR SYIFA NURANI ERNA FIT...
-
s MATEMATIKA (Post 1) Contoh Soal Statistika dalam bentuk tabel 1. Data berat ba...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar